Mengenai Saya

Foto saya
Berani, Disiplin,Profesional dan Suka Tantangan

Sabtu, 29 Oktober 2011

Media Kendari Pos Tidak Ilmiah Dan Memutar Balikan Fakta

KENDARINEWS - Kendari, Semburan awan panas dan hujan abu Merapi telah membawa dampak langsung para pelajar dan mahasiswa asal Sultra di Jogjakarta. Letusan Merapi pukul 00.30 WIB dua malam lalu menjadikan ratusan mahasiswa Sultra yang tinggal di sektiar JL Kaliurang, Condong Catur hingga Maguwo panik. Wisma Haluoleo (Asrama Mahasiswa Sultra), di JL Beo, Demangan, Sleman dikabarkan sudah tertutup debu setebal 2 cm. Salah seorang mahasiswa asal Sultra, La Ode Yogi Ambarasaksi melaporkan, sebelum letusan merapi dua malam lalu, para mahasiswa Jogja masih merasa aman walau tetap dalam kewaspadaan tinggi jika sewaktu-waktu letusan Merapi sampai di pusat kota Jogjakarta.
Menurut Yogy, sebagian mahasiswa memilih bertahan di Wisma Haluoleo, walaupun di tempat ini juga bukan lagi menjadi tempat yang aman karena tertutup debu. "Debu sudah setebal 2 cm, itupun sebagian telah tergerus hujan. Jarak pandang kira-kira 50-an meter. Masker sudah tidak sanggup menahan debu, kita bernapas pasti tembus. Yang paling aman yang kita pakai jadi masker BH (bra). Kita keluar di jalan juga banyak yang tabrakan karena pandangan terganggu debu," tutur Yogy, kemarin.
Hal sama juga diutarakan Ketua Asrama Mahasiswa Sultra, Badrin. Badrin mengaku khawatir jika keadaan sekarang masih berlangsung satu atau dua pekan. Pasalnya, seluruh Jogjakarta saat ini tertutup debu dan sangat mengganggu kesehatan terutama pernapasan sementara, bantuan kesehatan hanya mereka dapatkan jika mereka sendiri pro aktif. "Sudah ratusan ribu orang yang jadi korban Merapi. Kami belum dianggap korban, padahal situasi juga sangat genting. Alhamdulillah, pemerintah daerah sudah memberi perhatian. Walaupun hanya sebatas dikunjungi," tutur Badrin.
Wisma Haluoleo menurut Badrin, saat ini dihuni lebih dari 100-an maahiswa. Sebagian dari mereka memilih tempat yang lebih aman lagi, atau tempat terjauh dari gunung Merapi. "Mahasiswa yang punya uang memilih tempat yang jauh-jauh, ada yang langsung ke Jakarta atau Surabaya. Kalau mahasiswa yang terbatas uangnya, terpaksa bertahan di Asrama," katanya.
Gubernur Sultra, Nur Alam mengaku telah mengutus Kepala Perwakilan Sultra di Jakarta, Drs Muhammad Zayat Kaimoeddin untuk memantau langsung keadaan para pelajar dan mahasiswa asal Sultra di Jogjakarta. Jika kondisinya benar-benar membutuhkan bantuan atau evakuasi, pemerintah akan memfasilitasi. "Kita butuh informasi yang detail. Makanya, saya sudah perintahkan kepala perwakilan ke Jogja. Kalau harus dievakuasi, mungkin kita carikan tempat yang lebih aman, apakah di daerah-daerah yang dekat Jogja atau sekalian Jakarta atau Surabaya. Kalau harus diturunkan tim medis, kita juga akan turunkan," kata Nur Alam, kemarin.(ong)

Sekilas  Seputar  Jogja

Setelah meletusnya Gunung Merapi tanggal 4 November 2010, yang  dasyat dari beberapa letusan sebelumnya, para pengungsi berusaha menyelematkan diri sejauh mungkin dari daerah rawan Bencana. Desa Argowinangung, yang merupakan Pusat posko Pusat Pengungsian dan Posko Di Universitas Islam Indoenesia yang jaraknya 15 KM dari Kota Jogjakarta akhirnya ditinggalkan setelah status Daerah Rawan Bencana di tingkatkan menjadi 20 KM dari Gunung Merapi. Beberapa tempat di seputar Jogjakarta menjadi tujuan bagi para pengungsian, misalnya saja, Stadion magowoharjo di Sleman, Gelanggang UGM dan Beberapa tempat lain. Posko bencana Gelanggang UGM dengan menampung pengungsian sekitar 1000 KK dari beberap desa dilereng Gunung Merapi, diantaranya desa Cangringan, Pakem, argowinangun dan lain-lain sebagainya, jumlah yang relative sedikit dibanding dengan posko Magowoharjo. yang merupakan titik pusat Pengungsian. Penulis adalah salah satu Relawan di Posko Purna UGM jadi faham betul kondisi Para pengungsi dan beberapa tempat lain yang menjadi tujuan tempat pengungsian.
Kota Jogjakarta dan sekitarnya dipenuhi dengan Hujan Abu Vulaknik, titik terparah berada dijalan Kaliurang karena sangat dekat  Gunung merapi,sementara untuk daerah lain misalnya condong Catur, Maguwo, Kejayan ( Jln Beo letak Asrama Sultra ) tidak seperti yang diinformasikan dalam media Kendari Pos. Mahasiswa Sultra yang berada di jalan Kaliurang KM 8-30, terpaksa mencari tempat-tempat yang aman diwilayah kota Jogja untuk sementara waktu. misalnya Iin mahasiwa Universitas islam Indonesia, lebih memilih ketempat Keluarganya diKota Gede,yang berada kota Jogja. Ical, mahasiswa Asal Sultra,kostnya yang berada didaerah dicondong catur, Sleman, biasa saja dengan hujan Abu vulkanik tidak seperti yang digambarkan dalam media kendari Pos. Laical, menuturkan kalau Media kendari Pos terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan fakta dilapangan. Hal senada dikatakan oleh Ari, sapaan akrabnya, kalau infromasi dari media Kendari Pos itu Perlu dikroscek kembali karena tidak sesuai dengan realitas, yang membuat kwatir orang tua saja dikampung.
Penulis sendiri berpandangan bahwa media Kendari Pos dalam mencari/ menggali informasi sangat tidak professional, sehingga yang terjadi adalah seperti yang digambarkan diatas, Diluar dari fakta dan Realitas dilapangan.
Dengan kondisi jogja, Hujan Abu Vulkanik beberepa hari yang lalu, Awan Panas yang mengancam jiwa masyarakat sewaktu-waktu  dan kewaspadaan terhadap Banjir Lahar dingin, sangat membuat khawatir orang tua yang anaknya kuliah dijogja,sehingga banyak mahasiswa  yang memilih meninggalkan kota Jogjakarta untuk sementara waktu.Misalnya Laboy (MPW 01),Mahasiwa Hukum, Universitas Janabadra memilih balik kekampung Halaman Kota raha, tetapi  ada juga yang pergi  kekota lain misalnya kekota Jakarta, bandung dan Surabaya sebagai tempat pengungsian yang aman untuk sementara waktu. Namun ada juga yang tetap bertahan dijogjakarta, mungkin melihat kondisi jogja yang masih-masih  aman-aman saja,artinya dengan melihat  radius Gunung Merapi, untuk wilayah rawan bencana itu masih berada di 20 KM dari gunung merapi, sementara untuk kota jogja kurang lebih 30-35 KM dari gunung merapi, itu berarti jogja masih berada dalam wilayah yang aman, walaupun abu vulaknik sewaktu-waktu akan turun ketika merapi meletus awan panas.
Mahasiswa sebagai generasi Muda yang sangat memegan peranan penting bagi kemajuan bangsa dan Negara dan kemajuan Sulawesi Tenggara pada khususnya, untuk itu Pemerintah Daerah Sulawesi Tenggara, perlu dengan cepat dalam mengambil sebuah kebijakan berkaitan dengan Keadaan mahasiswa Sulawesi Tenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar