Sinopsis
Film ini mengisahkan ditahun
1970-an, Didesa Gantong, Belitung tentang masyarakat Pinggiran, tentang
perjuangan hidup anak dalam menggapai mimpi
dan semangat mewujudkan cita-cita serta indahnya persahabatan.
Dalam film ini dibintangi oleh cut mini,
ikra Negara, Slamet Raharjo, Tora Sudiro.
Dikisahkan Pak harfan (
Ikra Negara ) dan Ibu Muslima ( cut Mini ) mengabdi tampa Pamri pada Dunia pendidikan.
Mereka bahu membahu mengajar di sebuah sekolah Sederhana dengan jumlah muridnya
10 orang yang dinamakan “ Laskar Pelangi
“. Ikal ( Zulfani ), Lintang ( Ferdian ), Mahar ( Venis Yamarno ) dengan Bakat
dan kecerdasan masing-masing. Dengan berjuang untuk terus bisa sekolah dan
menunjukan semangat tinggi. Dengan kepintaran yang mereka miliki sehingga
semakin giat dan tekun untuk terus bisa bersekolah.
Dengan modal semangat
dan kerja keras sehingga anak-anak laskar
pelangi memiliki kecerdasan yang luas biasa sehingga mampu menunjukan prestasinya,
walaupun dengan segala keterbatas yang dimiliki. Laskar pelangi mengambarkan
bahwasanya orang miskin juga mampu berprestasi.
A. ReA. Resensi Film Laskar Pelangi
Kota Belitung marupakan
salah satu kota terkaya di Indonesia yang memiliki potensi yang cukup besar,
dan tidak heran kalau Negara asing datang ke Belitung untuk mengeruk kekayaan
alam terutama timah. Dengan sumber daya alam yang ada itu hanya dinikmati oleh
orang orang tertentu saja, kekayaan alam yang ada hanya mampu mesejahterakan
masyarakat kelangan atas, bukan untuk masyarakat bawah apalagi masyarakat pinggiran.
Dikisahkan ditahun
70-an Belitung marupakan salah satu
penghasil timah di Indonesia, yang mampu memberikan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat Belitung. Kehidupan masyarakat desa gantong, pada umunya
bekerja sebagai buruh di Pertambangan Timah. Buruh dibayar dengan gaji yang
sangat rendah sehingga dengan pendapatan tersebut tidak mampu mensejahterakan
masyarakat, tidak mampu mensejahterakan sanak keluarganya, Hal tersebut dialami
oleh orang Tua ikal,dimana bekerja pada Pertambangan timah, tetapi dengan hasil
pendapatan itu tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya ditempat yang layak
seperti anak-anak Karyawan Pertambangan Timah pada Umumnya,Yang memperoleh
status/ kelualitas pendidikan yang sangat baik dan modern.
Diawal cerita kita bisa
menyangsikan bagaimana semangat anak kecil untuk bersekolah, ketika itu seorang Bapak ( ayah Ikal ) mengantar anaknya(Ikal
) kesekolah, ketika itu ada ejeken-ejekan yang cukup pedas ( sakit ) diterima
oleh orang tua ikal dan ikal sendiri, dimana masyarakat mengatakan yang intinya
“untuk apa sekolah,,,paling ujung-ujungnya
menjadi buruh juga”. Dengan melihat kondisi seperti ini, kehidupan
masyarakat yang sangat tradisional, namun semangat ikal untuk bersekolah tidak
perna putus.
Dalam kehidupan social
masyarakat Indonesia, terdapat perbedaan status social masyarakat, antara
golongan atas, golongan menegah, dan golongan bawah. Pada umumnya golongan atas
( kaya ) hidup dalam serba mewah. Segala kebutuhan primer, sekunder dan tersier
terpenuhi, kesehatan pendidikan, dan berbagai fasilitas semunya tersedia.
Golongan menengah bisannya pas-pas-an dalam memenuhi kebetuhan hidupnya,
biasannya tidak kekurangan. Lain halnya dengan golongan bawah, yang pada
umumnya serba kekurangan, tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya, tidak ada
kesempatan untuk santai atau berleha-leha. Hari-hari dilalui hanya untuk
bagaimana untuk terus bisa makan, bagaimana dalam sehari itu bisa mencari
sesuap nasi untuk sanak keluarga.Masyarakat miskin ( golongan bawah ) tidak
mampu mengakses kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya, sehingga ada
statmen-statmen yang berkembang “ orang miskin dilarang sakit, orang miskin
dilarang sekolah. Seolah- orang orang miskin tidak berhak dalam memperoleh
pendidikan, tidak berhak dalam memperoleh kesehatan.” Padahal sudah jelas-jelas
dalam konstitusi kita Negara berkewajiban untuk menyehkolahkan warga Negara. “
Tiap-tiap warga Negara berhak pendapatkan pendidikan dan penghidupan yang layak
bagi kemausian”, “Fakir miskin dan Anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Jadi pada intinya setiap warga Negara berhak pendapatkan pendidikan yang layak,
baik orang kaya maupun orang miskin. Ironsi sekali Memang negeri ini dengan adanya
perbedaan kelas dimasyarakat menimbulkan kesenjangan social masyarakat dan
terdapat jurang pemisah antara sikaya dan simiskin.
Hal tersebut tidak jauh
berbeda dengan apa yang terjadi Desa Gantong, Belitung.Dalam film ini bisa kita
lihat bagimana terjadi perbedaan dalam memperoleh pendidikan yang layak. Dimana
terjadi kesenjangan antara sikaya dan si miskin dalam memeperoleh pendidikan.
Contoh kecil saja kalau kita bandingkan saja mengenai fasilitas yang dipakai,
SD 1 Muhamadiyah Gantong yang merupakan salah satu SD Islam tertua Di tanah
Belitung dengan fasilitas yang serba sederhana, bangunan yang hampir roboh,
kursi, meja dan lain lain sudah tidak layak pakai, yang aneh lagi
kambing-kambing bisa masuk dalam ruangan sekolah SD I Muhamadyah Gantong,
karena SD ini tidak memiliki pintu. Lain halnya dengan SD UPT PN Timah, yang
merupakan SD khusus anak-anaknya orang kaya, yang mampu sekolah disitu Cuma yang
memiliki duit banyak. Kita bisa saksikan bagimana Semua fasilitas serba bagus
dan modern. Contoh lain misalnya yang
bisa kita petik adalah bagaimana murid SD PN timah diajarkan cara berhitung
dengan menggunakan Kalkultor, dimana segala sesuatunya yang bekerja bukan lagi
otak tapi alat bantu ( kalkulator ), kemudian bagaimana dengan Murid SD
Muhamidyah gantong yang tiap harinya diajarkan berhitung dengan menggunakan
Sapu Lidi ( lidi ) yang kemudian dijadikana alat bantu untuk berhitung. Dari
proses belajar mengajar ini terlihat jelas perbedaan dalam metode Pelajar
mengajar. Tetapi dari itu semua saya menyangikini bahwa proses trasnformasi
ilmu yang dialami oleh SD Muhamadyah kentong begitu besar dimana dengan mengunakan
alat yang cukup sederhana dan tradisional mampu mengasah kemampuan,otak,
melatih pikiran untuk berpikir cepat dan tepat. Berbeda halnya dengan SD Timah
Dimana rata-rata Muridnya anaknya konglomerat, yang diajarkan cara cepat tetapi
tidak melatih daya pikir, ini tentunya membuat murid berpikir instan, ketika
dihadapkan kepada sesuatu hal maka mereka sudah terbiasa dengan budaya
menggunakan Kalkulator, dengan begitu sehingga mereka Tidak mampu menggunakan
kekuatan atok untuk berpikir cepat.
Dari sisi pakaian, SD
Muhamadiyah Kentong,berpakaian seadainya, kadang-kadang pakaian yang
sehari-hari itu dipakai untuk untuk kesekolah,, dipakai juga untuk berkebun,
yang jelas pakain seragam sekolah, adalah pakain yang dipakai sehari-hari, dan
ini sangat berbeda jauh dengan SD PN
Timah yang berpakaian seragam lengkap dan bersih, orangnyapun bersih-bersih,
bayangkan saja dalam satu minggu 3 kali
memakai pakaian seragam yang berlainan.
Banyak hal yang bisa
patut kita teladani dan membuat saya prihatin disini adalah bagaimana
seorang anak yang mempunyai semangat
yang tinggi untuk bersekolah tampa menggunakan fasilitas yang memadai, dan
lebih-lebih tidak menggunakan alas kaki sandal ataupun sepatu. Hal ini membuat
saya terharu.dinegeri yang kaya ini masih ada seperti ini. Yang menjadi
pertanyaan bagi saya Apakah dinegeri ini masih ada anak-anak miskin seperti ini
masih memiliki semangat yang sama.?
Kalau kita menelah
lebih jauh lagi Banyak sekali berbedaan yang bisa kita jadikan bahan
perbandingan anak orang kaya dengan anak orang miskin dalam dalam memperoleh
pendidikan dan ini secara jelas menimbulakan kesenjangan social dimasyarakat.
Satu hal juga yang
perlu untuk dicontoh adalah bagaimana perjuangan seorang Pak Harfan dalam
mempertahankan SD Muhamadiyah agar-agar anak yang tidak mampu, terus bisa
sekolah Walaupun pak Harfan sendiri tidak digaji oleh negera dan peran Ibu
halimah sebagai Ibu guru yang juga merupakan anak Pak harfan ini, ikut andil
dan berperan dalam memperjuangakan anak untuk terus bersekolah. Gambaran peran dan
Sikap ibu halimah dalam memperjuangkan anak-anak untuk bisa bersekolah dapat
kita lihat sbb :
“Dimana ketika penerimaan Murid baru baru berlangsung, jumlah murid yang
mendaftar/ yang datang hanya 9 orang,
dan jikakalau tidak cukup sepuluh orang, maka proses belajar mengajar di SD
Muhamadyah Kentong tidak akan berlangsung.ini sesuai dengan peraturan pemerintah
daerah setempat Dengan berlinang air mata dan perasaan sedih, ibu halimah dengan
lefleks menuju keluar ingin mencari murid untuk mencupi menjadi 10 orang,ibu
halimah dengan semangat dan niat yang baik ingin mencari murid, tetapi
tiba-tiba saja ada murid yang yang bernama Harun datang dengan berlari yang
cepat menuju kesekolah untuk bersekolah, dari sikap tersebut bisa kita lihat
bahwa ibu halimah berperang besar dalam membantu anak-anak untuk terus
bersekolah”
Dan peran Ibu guru halimah mampu
membentuk karakter murid dengan melihat kemampuan/ kecerdasan yang berbeda dan itu
semuanya tidak terlepas dari semangat murid-murit lascar pelangi untuk terus
belajar.
Banyak hal yang bisa
kita petik dalam proses belajar- mengajar di SD Muhamadiyah 1 Gantong,
diantaranya dalam pembelajaran budi pekerti, moral itu diutamakan karena moral
dan budi pekerti merupakan dasar dalam memperoleh pendidikan. dengan
pembelajaran moral dan budi pekerti murid-murid mampu memahami arti kehidupan
dengan sendirinya pembelajaran yang lain mudah dipahami.
Kemudian yang terpenting
dalam film ini, Yang perlu dicontoh dan diteladani adalah semangat seorang anak
untuk terus bersekolah Walaupun keadaan
yang tidak bersahabat. Tidak bersahabat dalam artian berasal dari keluarga yang
tidak mampu ( miskin ), kemudian jarak antara rumah dengan sekolah sangat jauh.
Dan semangat untuk terus bersekolah disamping didorong dalam jiwa seseorang
juga dorongan dari orang tua. Kita bisa melihat orang tua lintang yang buta
hurup, tidak ingin anak-anak seperti dia. Orang tua lintang menginginkan
anaknya bersekolah dan pintar, dan bisa menjaga adik-adiknya yang masih kecil,
yang sudah lama di tinggal oleh ibunya.
Berikut ini adalah gambaran singkat
semangat dan kerja keras seorang anak yang ingin bersekolah.
“
lintang adalah seorang anak yang memiliki semangat bersekolah yang begitu
besar.lintang hidup dengan 3 bersaudara, dimana lintang anak yang paling
sulung, adik-adiknya masih kecil-kecil. Ayahnnya Bermata pencaharian sebagai
nelayan. Dimana ketika malam tiba ayah lintang mencari ikan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan pulangnya pagi. Dan lintang baru bisa bergi kesekolah
ketika ayahnya sudah pulang dari laut. Karena tidak ada yang menjaga
adik-adiknya yang masih kecil-kecil
Dari
awal bersekolah lintang mengayuh
sepedanya dengan jarak sekolah kerumahnya begitu sangat jauh,dengan melalui
hutan, padang ilalang, sungai,rawa-rawa yan memiliki buaya, sehingga ketika ada
buaya yang menghalagi jalan terpaksa lintang berhenti sampai buaya itu pergi
dari tempat yang dilalui lintang, begitu
juga ketika hujan turun dengan terpaksa lintang berhenti, berteduh dibawah
pohon besar sampai hujan reda. Begitu terus setiap harinya yang dialami
lingtang sampai kelas 5 SD.
Tidak jauh berbeda yang dialami oleh
teman-temannya yang lainnya, yang memiliki latar belakang dan nasib yang sama
yaitu hidup dari keluarga yang tidak mampu dan dibawah garis kemiskinan.
Dengan modal semangat
yang tinggi SD Muhamadyah Gantong mampu meraih prestasi, yang mana prestasi
dalam lomba kesenian antara sekolah tersebut dimenangkan oleh SD muhamadyah Gantong
dengan membawakan tarian yang berasal dari Papua, dan ini merupan ide-ide
kratif dari murid SD Gantong tampa ada bimbingan dari sang Guru.
Lagi-lagi saya katakanan
bahwa dengan modal semangat dan kerja keras untuk belajar sehingga SD muhamadyah
meraih prastasi. Dalam membawakan tarian dari papua itu tentunya memiliki pesan
nasionalisme yang begitu besar dimana dengan tarian ini melestarikan kebudayaan
daerah yang dapat memperkaya kebudayaan nasional. Dengan tarian tersebut
menunjukan bahwa masyarakat Belitung dan papua, masyarakat dari sabang sampai
merauke adalah satu yaitu bangsa Indonesia.
Persepsi masyarakat
terhadap masyarakat tidak mampu dalam
bersekolah dianggab memiliki keterbatasan dalam menangkap ilmu pengetahuan,anak
yang tidak mampu dianggab bodoh, goblok dan tidak bisa bisa pintar apalagi
kalau fasilitas yang dimiliki sebagai penunjang pendidikan itu tidak memadai untuk
anak yang tidak mampu. Inilah persepsi masyarakat yang salah. Padahal
pendidikan pada intinya adalah kemauan dan semangat untuk terus belajar. Dengan
belajar,maka dengan belajar yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya
tidak dipahami menjadi dipahami, itulah esensi dari belajar.pendapat tersebut
dapat terbantahkan dengan melihat realitas yang terjadi.
Prestasi yang kedua
untuk SD yang terpinggirkan ( SD Muhamadyah Gantong ) dengan semangat dan kerja
keras untuk terus belajar dan sekaligus menunjukan
bahwa orang miskin juga bisa berprestasi, cerdas dan pintar adalah dapat kita
saksikan ketika ada pertandingan lomba cerdas cermat antara SD sekecamatan,
yang di ikuti oleh seluruh SD yang berada dikecamatan. Dalam lomba cerdas
cermat tersebut di menangkan oleh SD muhamadyah Gantong. Yang menarik ketika
Cerdas cermat adalah juri tidak percaya kalau salah satu peserta dari SD 1
muhamadyah Gantong itu yaitu lintang
tampa harus mengitung di lembar kertas lansung lansung dengan menjawab itu
bahwa lintang sudah mengetahui soal sebelumnya, tetapi didepan itu juga lintang
menunjukan proses mendaptakan nilai tersebut, sehingga menyakinkan para juri
dan para penonton bahwasanya SD Muhamadyah Gantong menunjukan prestasinya bahwa
dari SD yang terpinggirkan, dari SD fasilitas pembelajarnnya sangat buruk mampu
memberikan angin segar bagi dunia pendidikan, dengan prestasi anak-anak yang
tidak mampu ini. orang pintar dan cerdas
itu dimiliki oleh semua orang, tinggal bagaimana orang itu mengulang-ulang ilmu
pengetahuan dengan proses belajar terus menerus dan semangat dan kerja keras.
Film ini juga
memberikan gambaran bagaimana realitas yang terjadi dengan pendidikan
diidonesia misalnya di Belitung. Bagaimana kita saksikan gedung sekolah yang udah
hampir roboh itu masih dipakai juga untuk sekolah, fasilitas kursi, bangku dan
lain-lain sebagainya yang tidak layak pakai itu masih saja tetap digunakan,.
Kemudian guru-guru yang tampa digaji oleh Negara.
Semangat untuk terus
bersekolah oleh lintang akhirnya berhenti ditengah jalan ketika dihadapkan
dengan kondisi keluaga, dimana ayah lintang meninggal dunia, sementara
adik-adiknya yang masih kecil tidak ada yang jaga dan tidak ada yang yang
mecari nafkah untuk mencari sesuap nasi bagi adik-adiknya. Sehingga dengan
terpaksa lintang putus sekolah.bagi teman-teman lintang merasa kehilangan
sekali,merasa kehilangan teman meraka yang paling pintar dan cerdas. Dan bangsa
Indonesia merasa kehilangan putra terbaik bangsa yang memilki potensi yang
begitu besar. Bakat lintang itu menjadi orang jenius dan besar akhirnya putus
ditengah jalan.
Dengan melihat kondisi
yang dialami lintang, bagaimana kemudian peran Negara, apakah Negara Indonesia sedang
tidur, apa sebenarnya yang terjadi dengan bangsa Indonesia.Padahal seharusnya Negara
berkewajiban untuk menyekolahkan anak-anak yang tidak mampu apalagi kalau
dengan posisi lintang yang yatim piatu.
Diakhir cerita,
pertemaun antara ikal dan lintang. Dengan pendidkan yang berbeda, ikal status
sarjana, yang kemudian akan melanjutkan studinya keparis, sementara lintang
masih seperti dulu tidak lulus SD. Tetapi semangat untuk terus bersekolah itu terus
digalakkan kepada anak-anaknya.
B.Penutup
Kesimpulan
- Kepintaran dan kecerdesaan yang diperoleh melalui semangat dan kerja keras dalam belajar, belajar dan belajar, baik orang kaya maupun orang miskin. Sarana fasilitas pendidikan hanya sebagai penunjang saja, tetapi yang menentukan semunya adalah semangat belajar.
- Masyarakat penggiran memiliki tingkat intelegensia ( intelektual ) yang tinggi sama halnya dengan masyarakat yang lainnya, karena pada dasarnya manusia itu semua pintar.
- Realitas yang terjadi dengan akses pendidikan di Indonesia adalah bahwasanya yang memiliki kesempatan memperoleh pendidikan hanya orang kaya saja, sementara orang miskin karena keterbatas biaya dan kondisi social dimasyarakat sehingga mereka tidak memperoleh pendidikan. Dengan melihat biaya pendidikan Indonesia sangat tinggi dan peran negara Indoensia tidak berjalan dimana seharusnya Negara berkewajiban memberikan pendidikan warga Negara Indonesia.
Saran
- Untuk itu seharusnya Negara Indonesia berkewajiban memberikan pendidikan bagi warga Negara indonesia yang sesuai dengan konstitusi Negara dengan memberikan subsidi pendidikan sebanyak 20 %,dari APBN diluar gaji guru dan pegawai negeri sipil dan segera direalisasikanan anggaran pendidikan 100 % sehingga tidak terjadi seperti kasus yang dialami oleh SD Gantong, yang gurunya tidak digaji, fasilitas sekolah yang tidak layak pakai serta memberikan bantuan beasiswa bagi anak-anak yang tidak mampu dan berprestasi sehingga meraka juga memperoleh pendidikan.
- Pemerintah segera melakukan evaluasi mengenai bantuan beasiswa yang dberikan kepada masyarakat miskin dan yang berprestasi karena bantuan yang diberikan selama ini tidak tepat sasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar