Lembaga birokrasi presiden
yang tambun ( besar ) membuat kinerja birokrasi
tidak mampu bekerja secara efektif . Ketidak jelasan jabatan-jabatan dan
tugas yang saling tumpah tinggi merupakan gambaran birokrasi yang besar dan bekerja
acak-acakan. Tidak heran lagi klu birokrasi banyak yang tidak jelas. Antara
jabatan yang satu dengan jabatan yang lain saling tumpah dalam domain kerja
sehingga banyak jabatan-jabatan yang ngganggur ( tidak bekerja ). Dan tidak ada
pembagian struktur jabatan secara hirarkis misalnya saja jabatan wakil mentri
esilon I
Memeng terlihat
jelas bahwa dengan adanya kontrak
politik( Bargaingin position ) dengan beberapa partai untuk dalam membagi-bagi jabatan
tampa melihat efektifitas dalam pembentukan sebuah jabatan, yang seharusnya itu
tidak di lakukan dalam mereformasi birokrasi presiden. ironis sekali memang,
ide reformasi hanya sebatas tataran teori ( euphoria Reformasi) tetapi tidak
ada realisasi sama sekali. Apalagi dengan janji presiden dalam melakukan
reformasi birokrasi mulai dari seputar lingkaran presiden sampai dengan
birokrasi di level desa.
Saya kira dalam
membentuk sebuah jabatan atau menambah jabatan adalah hal yang wajar
tetapi perlu adanya tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang jelas dan adanya evaluasi bagi organisasi dan
jabatan-jabatan fungsional yang sudah mandul atau tidak efektif lagi.Presiden
dalam menentukan sebuah kebijakan dalam hal membentukan jabatan-atau organisasi
pemerintahan dengan pendekatan kekuasaan sehingga banyak organisasi jabatan
yang tidak penting itu diadakan, misalnya saja pembentukan Wakil mentri dan jabatan-jabatan
di seputar istana. Untuk mempertahankan kekuasaan maka dibentuklah birokrasi
yang kuat maka diperlukan beberapa jabatan-jabatan tersebut yang dinilai
penting bagi persiden untuk mempertahankan kekuasaan.jadi jabatan-jabatan
tersebut di bentuk bukan untuk melayani kepentingan masyarakat tapi untuk
melayani kepentingan presiden dalam mempertahankan status qua.
Kemudian dengan
birokrasi yang besar menghabiskan anggaran, inikan pemborosan anggaran negara. Sementara banyak
hal yang penting yang membutuhkan anggaran misalnya memberantas kemiskinan
dll,Tapi negara tidak memperdulikan dengan hal itu.sebenarnya apa yang terjadi
dengan indonesia hari ini. Saya pikir presiden sudah tidak bijak dalam
mengambil kebijakan,seharusnya presiden melihat kebutuhan negara yang paling
penting dari pada membagi-bagi jabatan yang tidak memperhatikan efesiensi
anggaran.
Dari beberapa hal
tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa lembaga birokrasi presiden yang
gemuk membuat kinerja birokrasi tidak mampu bekerja secara efektif dan
menghabiskan anggaran negara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar